Diposkan pada Tak Berkategori

Tafsir Ayat Ayat Ahkam

Tafsir Ayat-Ayat Ahkam 1 & 2

Penulis : Muhammad Ali Ash-Shabuni
Penerbit : Keira Publishing
ISBN : 978-602-1361-70-2
Ukuran : 18 x 25,5 cm
Tebal : 664 Halaman & 694 Halaman
Jenis : Hard Cover
Kertas : Book Paper
Harga : Rp 180.000 & Rp 180.000

Sinopsis
Tafsir Ayat Ahkam adalah buah karya Mufassir abad ini, Syekh Muhammad Ali Ash-Shabuni. Ia adalah seorang ulama terkemuka kelahiran Aleppo Syiria, yang terkenal karena keluhuran ilmu, kesantunan akhlak dan sifat wara’-nya. Kitab tafsir berjudul asli ‘Rawai’ul Bayan fi Tafsir Ayatil Ahkam minal Qur’an ini lahir dari ikhtiar Ali Ash-Shabuni menekuni dan mengkaji ayat-ayat hukum selama puluhan tahun sembari mengajar di Universitas Umm Al-Qura dan Universitas King Abdul Aziz di Mekkah Al-Mukarramah. Oleh kalangan akademisi ilmu tafsir, Tafsir Ayat Ahkam dinilai sebagai salah satu buku induk (referensi) yang membahas secara lugas dan sistematis ayat-ayat hukum dalam Al-Qur’an.

Tafsir Ayat Ahkam ini diterbitkan sebagaimana kitab aslinya yang terdiri dari dua jilid. Ali Ash-Shabuni piawai mengelaborasikan dua metode penulisan, klasik dan modern. Pola lama membuat tafsir ini padat dan kaya ihwal analisis seputar kebahasaan. Sedangkan sentuhan modern membuat karya tafsirnya lebih sistematis, penguraiannya yang runut dan penyajiannya yang tematis. Tafsir Ayat Ahkam juga disusun berdasarkan pada referensi kitab-kitab tafsir klasik dan modern. Perpaduan itu dikemas dalam susunan bahasa yang renyah dan mudah dipahami.

SISTEMATIKA PENULISAN TAFSIR AYAT-AYAT AHKAM SECARA UMUM MELIPUTI:

  1. Penentuan Bab dan Ayat al-Qur’an yang Akan Ditafsiri
  2. Tafsir Perkata
  3. Makna Global
  4. Ragam Qira’ah dan Ragam I’rab
  5. Sebab Turun Ayat
  6. Kelembutan Tafsir
  7. Kandungan Hukum dan
  8. Hikmah Tasyri’

Tafsir Ayat Ayat Ahkam

Diposkan pada Tak Berkategori

Hidup dalam Penilaian Orang

Apa kamu kenyang hidup dalam penilaian orang? Apa kamu merasa nyaman karena orang-orang menganggapmu baik dan alim? Dan ketika kamu melakukan kesalahan atau hal-hal yang menyebabkan mereka berprasangka buruk, kamu jadi takut mereka mengecapmu tidak baik?

Aku pernah merasakannya. Hidup dalam penilaian orang itu tidak menyenangkan. Kau hanya akan dihantui oleh perasaan ingin dianggap baik. Kau hanya akan memikirkan bagaimana kau akan dianggap baik di mata mereka. Tindakanmu selalu berorientasi agar orang-orang mengecapmu baik. Tidak menyenangkan, bukan?

Aku pernah merasakannya. Hidup dalam penilaian orang. Sebut saja aku memiliki tiga organisasi. Di organisasi A, aku termasuk orang yang aktif, punya posisi penting, setiap kali ada rapat aku bisa hadir. Organisasi B, posisiku sebenarnya hanya staff, tetapi aku aktif, dan sering datang rapat. Sedangkan di organisasi C, aku hanya staff, sering tidak datang rapat karena memang ada keperluan (kebetulan jadwal rapatnya selalu berbenturan dengan agendaku), dan aku newbie di situ, mau aktif susah karena aku tidak paham apa yang bisa aku lakukan, mau tanya-tanya tidak enak karena aku dari awal memang tidak aktif (Padahal temen-temen biasa aja kalo aku tanya).

Aku peduli dengan ketiga organisasi itu. Aku ingin memberikan yang terbaik untuk ketiganya. Tetapi nyatanya nggak bisa. Aku ingin memberikan ketiga organisasi itu porsi yang sama. Aku takut dicap tidak adil karena lebih mementingkan organisasi A dan B sedangkan organisasi C aku telantarkan. Aku takut dianggap tidak amanah lagi. Aku takut dianggap berkontribusi karena posisi, begitu mendapatkan posisi yang tidak begitu urgent, langsung ambil sikap tidak peduli. Aku takut jika malah di organisasi C aku tidak memberikan kontribusi, malah jadi beban buat teman-teman.

Sampai di sebuah titik, aku sadar, aku terlalu memikirkan penilaian orang lain tentang diriku. Aku terlalu takut dianggap tidak baik atau pun tidak layak. Aku takut ukhuwah yang dijalani selama ini malah jadi koyak karena aku tidak loyal, jarang ikut rapat, lebih memilih organisasi lain. Padahal teman-teman tidak ada yang tahu apa yang kujalani sehari-hari. Teman-teman tidak tahu seberapa besar effort-ku untuk mengemban amanah ini.

Ketika kita diamanahkan sesuatu, bukan berarti kita mampu mengemban amanah tersebut. Bukan berarti pula kita yang terbaik di sekian banyak manusia baik. Bukan, bukan itu. Tetapi amanah mengajarkan kita untuk belajar lebih jauh. Aku tidak merutuki karena telah mendaftar di organisasi C. Ketika aku berpikir bahwa aku tidak mampu mengemban amanah itu, otakku langsung memproses, “Apa  yang bisa kupelajari?”. Di organisasi manapun, aku ditempatkan di posisi itu bukan karena aku hebat, punya skill, maupun rajin liqo. Tetapi karena kakak-kakak ingin aku belajar lebih jauh dan hasil belajarnya bisa ku-estafetkan ke adik-adik.

Dan untuk ketiga organisasiku itu, aku memang tidak bisa memberikan porsi yang sama. Meskipun porsinya tidak sama, aku akan tetap berusaha sebaik mungkin mengemban amanah ini, berusaha sebanyak mungkin bisa berkontribusi! Semangaaat… Maaf ya buat teman-teman yang merasa aku menghilang maupun menjauh… Maaf udah bikin kalian kecewa…

Bukankah kita ini merdeka? Merdeka dari penilaian orang terhadap kita. Merdeka menjadi diri kita sendiri. Merdeka meskipun kita banyak kurangnya. Merdeka! Merdeka!

Aku hidup bukan untuk terkungkung dalam penilaian orang. Terserah orang mau mikir apa, aku akan tetap bekerja keras semampuku. Aku melakukan semua ini bukan untuk disukai orang-orang. Aku melakukan semua ini bukan buat pujian. Aku melakukan semua ini karena Allah, aku mau dicintai Allah. Aku melakukan semua ini bukan “Biar kalian nggak kecewa”, ‘Biar kalian seneng”, “Biar aku diterima”, “Biar kalian percaya sama aku”. Bukan, bukan  itu. Toh jika ternyata amanah ini dilimpahkan ke orang yang lebih baik dari aku, aku sudah siap. Aku tak mau jika harus melakukan segala upaya hanya untuk mendapatkan sebuah amanah. Tetapi biarlah amanah itu datang sendiri, kepada diriku yang apa adanya. Dan kalau amanah itu datang, takkan kutolak. Karena amanah itu datang bersama penerimaan akan diriku yang apa adanya.

“Mulai fokus terhadap penilaian orang lain terhadap diri kita adalah salah satu gejala futur.” (Mas Yonif, Kajian Selasa Sore SKI-Familia)

Diposkan pada Tak Berkategori

Kakak yang Baik

Please, jangan bertanya apapun apalagi dengan wajah kaget maupun tak percaya kenapa aku membantunya terlalu banyak, kenapa aku baik-baik saja meskipun harus mengerjakan tugasnya yang aneh-aneh bin menyita waktu. Please, jangan tanya apapun. Aku benar-benar tak ingin menjawabnya karena kau tak pernah ada di posisiku, kau tidak tahu apa yang kurasakan.

Aku mencoba instropeksi diri, membenahi apa yang salah selama ini. Kenapa adikku pacaran, sholatnya tak tepat waktu, bahkan aku minta dia ke masjid pun dia tak mau. Salah satunya mungkin salahku. Dari sekian banyak orang yang patut disalahkan, salah satunya adalah aku-aku kakaknya yang jahat. Aku selama ini tak pernah mengajarinya matematika dan pelajaran lain. Lah gimana mau ngajarin, dianya aja nggak mau diajarin, dianya aja males-malesan, gimana aku bisa semangat?? Nah, itu kesalahanku. Aku mudah menyerah oleh hal-hal kecil padahal tak sepatutnya aku menyerah oleh kemalasannya, padahal tak seharusnya aku berlepas tangan untuk masa depannya, ujian sekolahnya, bahkan atas kemalasan belajar yang dia hadapi setiap hari. Aku pintar, nilai sering bagus, tetapi sayang…. aku tak berguna. Untuk orang yang terdekat buatku pun, aku tak berguna. Pantas saja adikku begitu. Ternyata, karena laptop di rumah Cuma ada satu, dan jika laptop itu sedang aku gunakan, adikku mengerjakan tugas di rumah pacarnya. Sediiiihhh~~~ hiks! Hiks! Ternyata aku adalah jembatan adikku di lubang kemaksiataaaan~~ hiks! Hiks! Aku seharusnya bisa meminjami dia laptop, bersamanya mengerjakan tugas, membantunya atau kalau perlu mengerjakan tugasnya saja agar dia sayang padaku. Tetapi seperti yang kubilang tadi, aku mudah menyerah. Aku menyerah pada hal-hal kecil dan tak sabaran atas keterbatasan adikku dalam menerima pelajaran. Maafkan kakakmu ini, Dik yang tak peduli padamu. Maafkan Kakakmu ini, Dik yang terlihat baik di depan banyak orang tetapi ternyata kurang peduli padamu. Maafkan Kakakmu ini, Dik~

Lalu, masalah adikku yang pacaran, aku merasa bahwa ini juga salahku. Aku jarang di rumah. Ikut organisasilah,  main sama temen-temenlah. Lah gimana mau di rumah, rumahku sepiiii sekali. aku tidak suka jika setiap membuka pintu dan mengucap salam, yang ada hanya ruang kosong yang tak mengerluarkan suara. Seharusnya aku betah di rumah, menyapanya, menggantikan peran Ibuku. Aku tahu rasanya jadi remaja dan aku bisa saja pacaran karena kurangnya perhatian dari orangtua tetapi… aku punya alasan tersendiri kenapa nggak pacaran. Bukan sedang menunggu seseorang lho, yaaa ehm ehm!

Jadi, kalau aku sekarang rajin ngerjain tugasnya dia dan aku sudah bertekad membantunya mengerjakan skripsi sampai tuntas, bukan karena aku manjain dia, aku bikin dia tergantung dan tidak mandiri, tetapi~~ Aku mengurangi intensitas ia ketemu sama pacarnya. Aku mengurangi uang yang harus ia keluarkan untuk ke warnet terdekat dan aku… mau berubah menjadi Kakak yang Baik.

Diposkan pada Tak Berkategori

Apa Aku Sudah Meninggalkan Akhlak?

Nilai-nilai akademis, pelajaran-pelajaran yang ada di sekolah, suatu hari akan dilupakan oleh para siswa. Namun, apa yang masih mereka bawa setelah lulus sekolah?

-Akhlak

Untuk para guru, calon guru, terutama diriku. Sudah 8 kali masuk kelas. Aku berpikir, apakah aku sudah meninggalkan akhlak untuk mereka? Apakah aku sudah mengajarkan mereka bagaimana akhlak yang baik itu? Disiplin, jujur, tanggung jawab, dekat kepada Allah, apa yang sudah kuberikan selama ini?

Di tempat praktik mengajarku, pertemuan 1 dan 2 aku masih berpaku pada RPP, berusaha agar mereka melakukan hal-hal sesuai RPP-ku. Jujur, matematika ini butuh banyak waktu. Dan karenanya, pertemuan ke-3, ketika aku merasa lelah dengan pertemuan 1 & 2 yang terlalu terburu-buru, aku akhirnya mengajar sesuai keinginanku. Aku harus mencerdaskan mereka-dengan caraku. Aku pelan-pelan, menjelaskan satu demi satu, tidak terburu-buru, jamnya kurang tak masalah.

Tapi, masih ada yang be;um kulakuakan. Konfirmasi. Kudapati nama anak-anak yang mendapat nilai kurang bagus. Tidak hanya di mapel matematika tetapi juga di mapel lain. Bismillah… ingin kuanalisis kesulitan mereka. Jujur, aku takut jika mereka tidak paham lalu mendapat nilai jelek. Huhuuuuuu~

Maafkan Ibu ya, Nak jika Ibu tidak bisa seperti yang kau harapkan. Ibu sayang kalian semua 🙂

Diposkan pada Tak Berkategori

Rasanya Campur Aduk

Sekarang aku tahu, sangat tahu. Betapa kecewanya, khawatirnya, jika ada salah satu anggota yang nggak ikut rapat, nggak ikut kegiatan, atau bahkan seolah menghilang. Aku tahu, mereka di sana punya kesibukan lain, punya sesuatu yang lebih penting. Tetapi, apa susahnya memberi konfirmasi? Apa jika tidak punya pulsa, lalu tidak konfirmasi gitu? Punya teman, kan? Apa jika kita minta sedikit pulsa untuk SMS itu tidak boleh?

Rasanya memang seperti mengkambinghitamkan tugas. Tugas, tugas, tugas, itulah alasan utamanya. Oke, kalau tugas kelompok mah nggak masalah, tetapi kalau memang ada sesuatu yang lebih penting, tugas kelompok pun bisa tidak menjadi prioritas utama asal kita ikut berpartisipasi dalam kelompok. Ini tugas individu. Dari SMA, alasan mengerjakan tugas adalah alasan yang paling nggak masuk akal. Kenapa? Ya iya jelas nggak masuk akal! Rapat tu paling dua jam, tiga jam. Molor-molornya berapa jam??? Setelah rapat tugas bisa dikerjain, kan? Saat rapatnya molor dan nggak mulai-mulai, bisa nunggu sampai ngerjain tugas, kan? Persetan dengan omongan orang yang bilang kita sok rajin atau apa. Sambil nunggu dosen bisa ngerjain tugas, kan? Kalau dosennya nggak masuk terus kalian ngapain? Pulang? Santai-santai? Bukannya kalian punya banyak waktu yang terbuang percuma? Kalau tugasnya banyak, bisa ngelembur sampai jam 11 terus bangun jam 3 kan?

Kita punya banyak waktu, apalagi kalau weekend dan lagi nggak ada acara organisasi. Coba deh kalau lagi nganggur gak ada kerjaan, pasti kerjaannya santai-santai, facebookan, nonton TV, ngobrol, nge-mall, main-main, dan agenda-agenda nggak penting lainnya yang ngebuat kalian happy hore-hore plus ngabisin uang. Refreshing katanya. Kalau nggak sekarang kapan lagi! Stress karena tugas! Itu hal-hal yang ngebuat tugas kalian menumpuk setinggi gunung! Kalian nyia-nyiain waktu kalian! Refreshing itu boleh. Seneng-seneng itu boleh. Tetapi tanggung jawabnya jangan sampai lupa.

Tugas itu, tanggung jawab kita masing-masing. Kalau kita harus tidur dua jam, tak masalah, kan? Asal organisasi dan akademik berjalan lancar. Ada pepatah yang mengatakan, JIKA KAMU INGIN MENDAPATKAN SESUATU YANG BESAR, MAKA KAMU JUGA HARUS BERKORBAN SESUATU YANG BESAR. Kalau kamu nggak berani berkorban, kamu nggak bakalan ngedapetin sesuatu yang kamu inginkan itu. Berkorban itu tidak cuma masalah uang, tetapi raga dan jiwa kita juga. Kita mungkin lelah, uang bensin kita berkurang, dan jiwa kita kadang dibumbuhi rasa tertekan. Mungkin saja, ketika kamu kecewa dengan apa yang kamu dapat sekarang, itu tandanya pengorbananmu kurang besar. Kamu kurang berkorban lebih lagi dan ada orang yang usahanya melebihimu.

Jika kamu melihat ada orang yang biasa-biasa aja dan kelihatan nggak begitu pinter, males belajar, tugasnya molor-molor, terus tiba-tiba IP-nya bagus? Hehe! Jangan salah! Ada triknya! Dosen kan suka sama yang rajin maju, ya pokoknya yang maju, yang tanya, yang berkomentar, kenapa momen-momen nambah nilai itu nggak dimanfaatin? Aku tahu aku nggak begitu pinter dan males belajar juga sebenernya. Makanya kadang aku manfaatin momen-momen itu. Ini baru KADANG lho ya! Gimana kalau aku SERING? Gimana kalau aku lagi semangat-semangatnya dan mood-ku sedang bagus? SELALU manfaatin momen buat tanya ke dosen, maju ke depan, nilaiku bakalan jadi berapa ya? Karena aku tahu aku nggak begitu pinter, makanya aku belajar biar jadi lebih pinter. Aku belajar karena aku ingin bersyukur telah diberikan otak oleh Tuhan. Bukan berarti kalau aku maju ke depan aku carmuk, ya!! Bukan!! Sama sekali BUKAN!! Aku hanya ingin IP-ku bagus. Itu aja. Aku tahu aku nggak rajin! Aku mencoba menutupi kelemahanku dengan kekuatan yang kumiliki. Aku nggak mau kuliahku sia-sia dengan aku yang nggak mudheng apa-apa. Ini uang negara yang tak pake buat kuliah. Pertanggungjawabannya nakutin di akhirat nanti.

Dan… itulah yang membuatku merasa bahwa mengerjakan tugas bukanlah alasan yang masuk akal untuk dijadikan alasan tidak ikut rapat, kegiatan, de el el. Kalau temenku tahu pasti bakalan bilang, “Halah tugas wae kok! Ngelembur sewengi bakalan dadi!” Hehe! Makanya kalau dosen ngomong didengerin! Kalau temen presentasi diperhatiin! Kalau nggak mudeng tanya! Kalau masih ada yang ganjel, di kos dibuka-buka lagi, dipelajari lagi! Kalau masih nggak mudheng, minggu depan tanya dosennya! Kalau males, ya udah tuh IP bagus buang ke laut aja!

Nggak tahu, ya! Tiap orang kan berbeda-beda. Kalau ini kan aku. Ada juga orang yang udah dijelasin nggak mudheng-mudheng terus lupa. Aku juga nggak tahu sih kegiatan orang tiap hari apa. Mungkin beda sama aku. Mungkin yang tugasnya numpuk itu terus pake tugas sebagai alasan itu, kesehariannya udah penuh kesibukan kali, ya? Mungkin kalau capek nggak bisa belajar, ya? Aku juga sama. Kalau capek males belajar. Tapi sekalinya aku bilang ke diriku sendiri kalau otakku belum capek, tinggal buka buku, tiduran di kasur, sambil ngerjain tugas. Kalau tugasnya nggak selesai, tidurnya nggak bisa tenang. Tapi sayangnya, di matematika ini, dosennya terlalu baik hati sih! Tugas dibiarin molor! Jadi deh aku ngerjain tugasnya juga molor! Coba aku nggak moody. Coba ya bisa mencintai matematika dengan sepenuh hati. Sayangnya belum bisa. Hatiku masih dicat pelan-pelan. Karatnya masih ada. Hehe!

Kadang tu ya, sedih kalau ada anggota yang nggak dateng rapat maupun kegiatan. Ni anak ke mana nih? Tapi kalau tanya-tanya dan diinterogasi gitu… rasanya pasti nggak enak di merekanya. Yah, pernah diinterogasi kalau nggak dateng dan rasanya memang nggak enak. Apalagi kalau alasanku cuma “MALES”. Hah… pasti hati orangnya bakalan sakiiiiiitttt banget! Adikku males dateng rapat, berarti kan dia tidak merasa memiliki organisasi ini sepenuhnya. Dateng rapat kan bisa buat orang lain seneng. Bisa buat mereka bernafas lega. Bisa buat mereka tahu kalau kita masih di sini, nggak menghilang ke mana-mana, nggak ada identifikasi untuk berpisah. Toh yang namanya tanggung jawab tu ya selama setahun ini. Kalau memang nggak bisa dateng di acara hari H-nya, paling nggak maksimalin di sebelum hari H. Kalau nggak bisa dateng rapat, ya kasih konfirmasi kek! Katanya masuk organisasi biar bisa manajemen waktu! Manajemen waktu buat organisasi ama akademik aja masak nggak bisa? Ini tu ya, bukan masalah kamu punya peran apa di organisasi itu, posisimu penting atau tidak itu bukan hal yang perlu kamu pikirkan. Jangan deh berpikiran “Halah, paling nanti aku cuma diam dan toh koordinatornya udah dateng!” Tau nggak sakitnya kalau kamu nggak dateng? Jangan mikirin posisi, ini acara kan milik kita bersama. Kehadiranmu itu, dapat memberikan secercah senyuman di wajahku. Amanah ini lakukan sebaik mungkin agar di akhirat nanti, pertanggungjawabannya tak berat. Kalau memang tak menemukan rasa betah di sini, lakukan juga yang terbaik. Jangan jadi useless.

Orang melihatmu. Orang-orang menatapmu. Mereka melihat kerjamu. Dan dari usahamulah mereka dapat percaya kepadamu. Jika kamu tak pernah terlihat, bagaimana mungkin rasa percaya mereka diserahkan kepadamu? Jika kamu melalaikan tugas, sulit dihubungi, siap-siap saja jadi tak dianggap. Kita punya batas lelah masing-masing. Tetapi, jika tiba-tiba kamu datang lagi, kita masih akan merentangkan tangan untukmu. Kita masih siap menjadi tempatmu untuk pulang. Kita akan menganggap semuanya selesai jika kamu ingin kembali. Tetapi berubahlah… Jangan buat kami kecewa lagi. Yang kamu lakukan hari ini, akan mengubah penilaian orang terhadapmu.

Yang menulis ini belum tentu orang yang baik, belum tentu manajemen waktunya bagus tetapi orang  yang menulis ini sedang rindu, rindu akan kehadiran orang-orang yang ditunggunya.

Diposkan pada Tak Berkategori

Dicintai Orang Sholeh

 

Ada seseorang yang diam-diam mendoakanmu

Bukan berarti dia menyukaimu

Bukan berarti dia mencintaimu

Hanya saja dia menyayangimu

Karena kamu pernah membuatnya tersenyum

Meskipun kamu tak tahu kapan kau telah membuatnya bahagia

Hanya karena dia mengingatmu

Dia tiba-tiba mendoakan untuk kebaikanmu

Meskipun sekarang kalian tak bertemu

Meskipun jarak sengaja memisahkan waktu

Dia tetap menyayangimu

Memorinya akan selalu mengingatmu

Hei kamu, terima kasih atas kenangan indahnya

Rasa ini sekarang bukan milikmu

Tapi milik-Nya

Raganya, jiwanya, hatinya, sudah paten menjadi pemilik alam ini

Tetapi doanya, bisa jadi terukir namamu di sana

Tulisannya, bisa jadi menggores tinta tentangmu

Dan hatinya, akan selalu ia serahkan pada-Nya

 

Diposkan pada Tak Berkategori

Pingin Jadi Berguna

Aku pingin jadi orang yang berguna untuk masyarakat. Apalagi berguna untuk tetanggaku. Aku bukanlah gadis yang gerapyak, semanak, cerewet, dsb. Aku malu kalo interaksi dengan tetanggaku. Paling aku nyapa saja, jarang ngobrol. Di kampung aku jarang menampakkan diri. Dari dulu sih sibuk sekolah, sering pulang sore, maghrib-yah karena beberapa hal, selain organisasi, ada hal lain. Toh, cara menampakkan di masyarakat caranya gimana? Aku sadar, remaja di masyarakatku tu pasif, lebih pasif dari waktu jamanku kecil dulu.. Aku pingin kita sebagai remaja bergerak.. Tapi akunya sendiri juga pasif.. Lah… gimana jal… Coba kalo gampang ya bersosialisasi sama orang.. Dan karena liburanku ternyata aku tidak bisa ngelesi karena tidak bisa naik motor, jadi deh aku berasa useless. Aku pingin berguna untuk masyarakat.

Bismillah ya.. liburan semester depan, aku ingin mengunjungi satu persatu tetanggaku yang punya anak SMP atau SMA. Aku tanya, udah les matematika belum? Aku mau ngajarin… Gratis kok! Aku pingin banget mengamalkan ilmuku! Aku nggak mau liburan cuma makan tidur terus.. Ada juga kesibukan lain.. Aku membaca buku, lalu sedang wirausaha buat bros. Aku mau nyoba mencari kesempatan itu.. Aku ingin mencerdaskan orang-orang di sekitarku. Kita nggak harus nunggu kesempatan, datangi kesempatan itu. Aku punya impian, ingin orang-orang yang nganggur di kampungku kerja wirausaha, jadi buat semacam produk di kampung yang kerja orang-orang kampung. Kan sekarang bisa dipasarkan di online juga. Selain itu, ingin mendekatkan remaja-remaja kampung. Nggak Cuma jadi aktivis di sekolah maupun kampus, tetapi juga aktivis kampung. Bismillah ya, Ya Allah… Tika pingin bisa kayak gitu… Tika udah banyak mengurung diri.. Tika ingin berdakwah di kampung. Beri Tika keberanian ya, Allah… Padahal yang kulakukan adalah kebaikan. Kenapa aku mesti malu? Tetapi aku memang malu kalo harus bersosialisasi… hiks hiks! Bismillah… semester depan… Bismillah…

Diposkan pada Tak Berkategori

Mentoring

 

Ini waktu Tika ikut pembekalan mentor.. Tika share sajalah materinya di sini.. Tapi hanya inti-intinya saja hehe

Tarbiyah merupakan cara ideal berinteraksi untuk memproses perubahan menuju kondisi yang lebih baik.

Umat jahiliyah:

  • Bodoh
  • Hina
  • Lemah
  • Berpecah belah
  • Berada dalam kesesatan yang nyata

Hasil tarbiyah:

  • Pengetahuan
  • Kuat
  • Mulia
  • Bersatu

 

Mentoring bertujuan membangun sumber daya manusia. Selain itu seorang mentor harus memiliki Skill, Knowledge, and Atitude

“Mentoring is a Leader. Leader is dealer in hope.”

Mentor ideal:

  1. Memiliki rasa empati, merasakan apa yang mentee rasakan dan ikut membantunya
  2. Membangun teamwork
  3. Totalitas

 

 

5 Tingkatan mentor :

  1. Dicintai -> Hubungan
  2. Dipercaya -> integritas
  3. Diikuti -> menolong
  4. Kader -> pembimbing
  5. Pemimpin abadi -> Leave Legacy